Dalam dunia bisnis yang dinamis, didorong oleh teknologi, dan penuh dengan persaingan ketat, inovasi menjadi faktor krusial yang membedakan kesuksesan dan kegagalan perusahaan. Inovasi tidak hanya tentang menciptakan hal-hal baru, tetapi juga melibatkan kemampuan untuk menerapkan ide-ide tersebut dalam bentuk proses, produk, atau layanan yang memberikan nilai tambah.
Inovasi terbagi menjadi dua kegiatan utama, yaitu eksploitasi dan eksplorasi. Eksploitasi melibatkan penemuan dan pengembangan pengetahuan baru yang dapat meningkatkan atau memaksimalkan nilai dari sumber daya dan kapabilitas yang sudah ada. Di sisi lain, eksplorasi adalah tentang peningkatan terhadap sumber daya dan kapabilitas yang sudah ada, mencari peluang baru, dan mengembangkan keterampilan dan pengetahuan baru.
Perusahaan perlu berinovasi untuk mendapatkan keunggulan kompetitif, merumuskan strategi yang kokoh untuk meningkatkan kinerja, pertumbuhan, dan kelangsungan hidupnya. Inovasi tidak hanya menjadi suatu keharusan tetapi juga menjadi pondasi untuk terus berkembang di tengah perubahan yang cepat. Oleh karena itu, kemampuan untuk terlibat dalam kegiatan eksploitasi dan eksplorasi menjadi kunci untuk menciptakan inovasi yang berkelanjutan dalam lingkungan bisnis yang dinamis dan penuh tantangan.
Ketika perusahaan berhasil menggabungkan kegiatan eksploratif (pencarian dan pengembangan hal-hal baru) dan eksploitatif (maksimalkan nilai dari yang sudah ada), artinya perusahaan telah melakukan ambidexterity inovasi. Dalam konteks ini, ambidexterity mengacu pada kemampuan perusahaan untuk seimbang antara strategi organisasi yang mendukung eksplorasi dan eksploitasi.
Meskipun ambidexterity inovasi memiliki potensi untuk memberikan keunggulan kompetitif, temuan dan survei menunjukkan bahwa hasil inovasi tidak selalu sesuai harapan. Kekecewaan terhadap hasil inovasi menjadi umum, menunjukkan bahwa perusahaan perlu lebih selektif dalam memilih strategi inovasi yang paling sesuai dengan karakteristik dan tujuan mereka.
Dalam memilih strategi inovasi, perusahaan harus mempertimbangkan kondisi pasar, sumber daya yang tersedia, dan kebutuhan pelanggan. Tidak semua inovasi sesuai dengan setiap konteks bisnis, dan oleh karena itu, perusahaan harus memiliki kejelasan dalam merancang pendekatan inovatif mereka. Keberhasilan tidak hanya terletak pada melakukan inovasi tetapi juga pada menjalankan inovasi yang sesuai dengan kebutuhan dan dinamika perusahaan serta pasar yang mereka layani.
Kepemimpinan memiliki peran sentral dalam membentuk lingkungan inovatif di dalam organisasi. Dalam era inovasi, pendekatan tradisional dalam kepemimpinan mungkin tidak lagi efektif dalam merangsang kreativitas dan mengatasi tuntutan inovasi yang terus berubah. Oleh karena itu, muncul konsep kepemimpinan ambidextrous sebagai pendekatan baru yang diusulkan untuk memimpin inovasi.
Kepemimpinan ambidextrous melibatkan dua perilaku kunci: pembukaan dan penutupan. Pemimpin yang efektif dalam konteks inovasi perlu memiliki perilaku pembukaan yang memungkinkan terciptanya ruang bagi ide-ide baru, merangsang eksperimen, dan mendukung pengambilan risiko. Di sisi lain, perilaku penutupan diperlukan untuk mengawasi pencapaian tujuan, menetapkan rutinitas, dan mengambil tindakan korektif.
Fleksibilitas dalam beralih di antara kedua perilaku ini dianggap krusial, karena situasi dan tuntutan inovatif dapat berubah secara dinamis. Pemimpin ambidextrous dapat mengakomodasi kebutuhan eksplorasi dan eksploitasi secara seimbang, memastikan bahwa organisasi dapat menghadapi tantangan inovatif dengan cara yang paling efektif.
Konsep ini mengakui bahwa tidak ada pendekatan tunggal dalam kepemimpinan yang dapat memenuhi semua kebutuhan inovatif. Sebaliknya, pemimpin perlu memiliki keahlian dan kemampuan untuk mengadaptasi perilaku mereka sesuai dengan konteks spesifik dan tuntutan inovatif yang dihadapi organisasi.
Sebagai contoh konkret, seorang pemimpin yang mengusung pendekatan ambidextrous perlu memiliki kemampuan membuka ruang bagi gagasan-gagasan baru. Ini artinya, mereka tidak hanya mendukung, tetapi juga mendorong kreativitas di antara anggota tim mereka. Pemimpin ini dapat menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi dengan mendorong diskusi terbuka, menyambut ide-ide yang berbeda, dan memberikan kebebasan kepada tim untuk bereksperimen.
Selain itu, pemimpin ambidextrous harus dapat merangsang eksperimen di dalam organisasi. Mereka dapat mendorong tim untuk mencoba pendekatan baru, menguji ide-ide inovatif, dan belajar dari kegagalan. Pemimpin ini memahami bahwa inovasi sering kali melibatkan proses uji coba dan kesalahan, dan mereka menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran dari setiap pengalaman.
Di sisi lain, ketika melibatkan perilaku penutupan, seorang pemimpin ambidextrous perlu mengawasi proses pencapaian tujuan organisasi. Ini mencakup menetapkan target yang jelas, memonitor kemajuan, dan menilai kinerja untuk memastikan bahwa organisasi mencapai hasil yang diinginkan. Pemimpin ini harus dapat menetapkan rutinitas dan prosedur yang mendukung efisiensi operasional, sambil tetap terbuka terhadap perubahan yang diperlukan untuk meningkatkan inovasi.
Selain itu, kemampuan untuk mengambil tindakan korektif juga merupakan aspek penting dari perilaku penutupan. Pemimpin ambidextrous perlu dapat mengidentifikasi ketidaksesuaian atau masalah dalam pelaksanaan strategi, dan dengan cepat mengambil langkah-langkah untuk mengoreksi jalannya kegiatan. Ini memastikan bahwa organisasi tetap pada jalur yang sesuai dengan tujuan strategisnya.
Dengan kata lain, seorang pemimpin ambidextrous tidak hanya merangkul keberagaman dan kreativitas, tetapi juga memiliki ketegasan dalam memastikan bahwa inovasi tersebut mendukung pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.
Sebuah Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengkonfirmasi beberapa aspek teori kepemimpinan ambidextrous dan menyajikan wawasan baru yang dapat membuka horison dalam konteks inovasi organisasi. Temuan penelitian memberikan gambaran yang lebih mendalam tentang strategi yang efektif untuk meningkatkan kinerja perusahaan, khususnya melalui kegiatan inovasi.
Salah satu hasil utama penelitian adalah penegasan bahwa perusahaan dapat memperoleh kinerja yang lebih baik dengan fokus pada kegiatan inovasi yang bersifat eksploitatif. Artinya, lebih berfokus pada pengembangan dan pemanfaatan sumber daya dan pengetahuan yang sudah ada, dibantu dengan perilaku kepemimpinan yang membuka peluang. Hal ini menunjukkan bahwa memanfaatkan secara maksimal potensi internal perusahaan dapat menjadi kunci untuk meningkatkan kinerja.
Perilaku kepemimpinan yang membuka peluang di sini merujuk pada kemampuan pemimpin untuk merangsang kreativitas dan mendorong tim untuk mengeksplorasi cara-cara baru dalam menggunakan sumber daya yang ada. Hal ini dapat mencakup memberikan kebebasan kepada tim untuk mengembangkan ide-ide baru, mendukung eksperimen, dan menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi eksploitatif.
Selain itu, hasil dari penelitian menggarisbawahi pentingnya mengelola keseimbangan antara eksplorasi dan eksploitasi dalam konteks inovasi organisasi. Strategi yang efektif adalah tidak hanya fokus pada satu aspek inovasi, tetapi menciptakan keseimbangan yang bijaksana antara pengembangan baru dan pemanfaatan yang lebih lanjut dari yang sudah ada. Oleh karena itu, kepemimpinan ambidextrous yang mampu mengelola kedua dimensi ini dianggap kritis.
Keberhasilan sebuah perusahaan dalam menghadapi lingkungan bisnis yang cepat, teknologi yang mendorong, dan persaingan yang ketat tidak terlepas dari peran inovasi yang beragam. Dalam konteks ini, perhatian khusus diberikan pada pendekatan eksploitatif yang sesuai untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki keterbatasan sumber daya.
UMKM seringkali dihadapkan pada keterbatasan waktu, biaya, dan anggaran, sehingga pendekatan inovatif yang lebih fokus pada eksploitasi sumber daya dan pengetahuan yang sudah ada menjadi lebih relevan. Artinya, UMKM dapat lebih sukses dengan memaksimalkan pemanfaatan potensi internalnya, seperti mengembangkan produk atau layanan yang lebih efisien atau meningkatkan kualitas pelayanan yang sudah ada.
Penting untuk dicatat bahwa peran kepemimpinan pembuka menjadi kunci dalam mendukung inovasi, baik yang bersifat eksploitatif maupun eksploratif. Kepemimpinan pembuka mampu menciptakan lingkungan yang merangsang kreativitas dan memberikan dorongan kepada tim untuk mengeksplorasi cara-cara baru dalam menggunakan sumber daya yang ada. Ini berlaku tidak hanya untuk inovasi yang menciptakan hal baru tetapi juga untuk meningkatkan yang sudah ada.
Sebaliknya, kepemimpinan penutup, sementara tetap penting, mungkin lebih berperan dalam mendukung inovasi eksploratif. Ketika berhadapan dengan tantangan baru, pemimpin penutup akan lebih cenderung untuk mengawasi proses pencapaian tujuan, menetapkan rutinitas, dan mengambil tindakan korektif. Hal ini sesuai dengan kebutuhan untuk eksplorasi yang melibatkan penemuan hal baru dan pengembangan pengetahuan yang lebih mendalam.
Kesimpulannya, pemahaman tentang beragam pendekatan inovatif, seperti eksploitatif yang sesuai untuk UMKM, dan pengakuan akan peran kritis kepemimpinan, baik pembuka maupun penutup, menjadi landasan penting untuk keberhasilan perusahaan dalam mencapai inovasi yang berkelanjutan dan sesuai dengan konteksnya.
(*) Penulis adalah Co-Founder dan Chief Strategy PT. Daya Analitika Sentosa, dan menyelesaikan Studi Doctorate S3 pada bidang Ketangkasan Strategis, Eksternalitas jaringan, kepemimpinan, dan pengembangan SDM di Universitas Bina Nusantara.
Referensi
Alghamdi, F. (2018). Ambidextrous leadership, ambidextrous employee, and the interaction between ambidextrous leadership and employee innovative performance. Journal of Innovation and Entrepreneurship, 7(1), 1–14. https://doi.org/10.1186/s13731-018-0081-8
Benitez, J., Castillo, A., Llorens, J., & Braojos, J. (2018). IT-enabled knowledge ambidexterity and innovation performance in small U.S. firms: The moderator role of social media capability. Information and Management, 55(1), 131–143. https://doi.org/10.1016/j.im.2017.09.004
Božič, K., & Dimovski, V. (2019). Business intelligence and analytics use, innovation ambidexterity, and firm performance: A dynamic capabilities perspective. Journal of Strategic Information Systems, 28(4), 101578. https://doi.org/10.1016/j.jsis.2019.101578
Oluwafemi, T. B., Mitchelmore, S., & Nikolopoulos, K. (2019). Leading innovation: Empirical evidence for ambidextrous leadership from UK high-tech SMEs. Journal of Business Research, (October), 0–1. https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2019.10.035
Duan, Y., Cao, G., & Edwards, J. S. (2020). Understanding the impact of business analytics on innovation. European Journal of Operational Research, 281(3), 673–686. https://doi.org/10.1016/j.ejor.2018.06.021
Ferreira, J., Coelho, A., & Moutinho, L. (2018). Dynamic capabilities, creativity and innovation capability and their impact on competitive advantage and firm performance: The moderating role of entrepreneurial orientation. Technovation, (February 2017), 0–1. https://doi.org/10.1016/j.technovation.2018.11.004
Jansen, J. J. P., Van Den Bosch, F. A. J., & Volberda, H. W. (2006). Exploratory innovation, exploitative innovation, and performance: Effects of organizational antecedents and environmental moderators. Management Science, 52(11), 1661–1674. https://doi.org/10.1287/mnsc.1060.0576
Kassotaki, O. (2019). Ambidextrous leadership in high technology organizations. Organizational Dynamics, 48(2), 37–43. https://doi.org/10.1016/j.orgdyn.2018.10.001
Keller, T., & Weibler, J. (2015). What it takes and costs to be an ambidextrous manager: Linking leadership and cognitive strain to exploration and exploitation. Journal of Leadership and Organizational Studies, 22(1), 54–71. https://doi.org/10.1177/1548051814524598
Martínez-Climent, C., Rodríguez-García, M., & Zeng, J. (2019). Ambidextrous leadership, social entrepreneurial orientation, and operational performance. Sustainability (Switzerland), 11(3), 1–16. https://doi.org/10.3390/su11030890
Rosing, K., Frese, M., & Bausch, A. (2011). Explaining the heterogeneity of the leadership-innovation relationship: Ambidextrous leadership. Leadership Quarterly, 22(5), 956–974. https://doi.org/10.1016/j.leaqua.2011.07.014
Zhang, Z., & Luo, T. (2020). Network capital, exploitative and exploratory innovations—from the perspective of network dynamics. Technological Forecasting and Social Change, 152(November 2019), 119910. https://doi.org/10.1016/j.techfore.2020.119910